Tanjungpinang, Tuah Kepri –
Proyek pembangunan dua lantai gedung sekolah SMP 5 Tanjungpinang dengan 8 ruang kelas empat bawah dan empat kelas atas, yang dibangun oleh Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Kepri pada tahun 2015 yang mengunakan anggaran APBD sekitar Rp 2 miliar lebih bermasalah. Karena atap lantai dua bocor ketika hujan turun.
“Akibatnya, ketika hujan turun airnya masuk keruang kelas dan terpaksa siswa yang sedang belajar keluar. Apalagi kalau hujan pada malam hari, dan esok paginya terpaksa kami pihak sekolah membuang airnya terlebih dahulu,” kata Kepala Sekolah (Kepsek) SMP 5 Tanjungpinang, Irmalinda Rabu (30/3).
Bahkan katanya, yang ditakutkan sekarang oleh pihak sekolah menghadapi ujian nasional tahun 2016 ini, karena apabila hujan terpaksa nanti siswa keluar dari ruangan.
“4 kelas lantai bawah dan 4 kelas lantai atas kita pakai untuk ujian. Sedangkan pihak Disdik Provinsi Kepri pernah kami hubungi untuk memperbaiki lantai atas tersebut, tapi pihak Disdik Kepri tidak pernah untuk memperbaikinya melalui kontraktornya. Melihat kondisi sekarang tanpa ada perhatian sama sekali dari pihak Disdik Provinsi Kepri, kami pihak sekolah merasa sangat kecewa sekali. Karena pembangunan sekolah ini merupakan tanggungjawab pihak Disdik Provinsi Kepri,” ujarnya.
Begitu juga yang disampaikan oleh Wakieme Kepsek SMP 5 Tanjungpinang, Yusuf dan ia mengatakan proyek pembangunan gedung sekolah SMP 5 sebenarnya akan dibangun 3 lantai dan harus selesai pada Desember 2015.
“Namun yang sudah dikerjakannya hanya dua lantai. Sedangkan untuk lantai tiganya kata pihak kontraktor tidak mau mengerjakannya lagi, karena tidak sesuai dengan anggaranya. Tapi pada kenyataanya saya melihat gedung sekolah inipun tidak selesai dan menurut saya bermasalah karena lantai duanya bocor,” kata Yusuf.
Dalam hal ini Kepsek SMP 5 Tanjungpinang, Irmalinda berharap dan meminta kepada Dewan komisi IV DPRD Provinsi Kepri, salah satunya bu Weni yang juga merupakan ketua Alumi SMP 5, bisa membantu dan mencarikan solusinya.
“Apalagi lagi bu Weni anak-anak kami mau ujian. Jadi kami berharap bisa mencarikan solusinya,” katanya.
Selain itu, katanya, untuk gedung sekolah lantai bawahpun lantainya sudah hancur dan perlu biaya yang sangat besar. Karena pihak sekolah sudah menyemennya, tapi kemudian hancur lagi.
“Kami sudah semen tapi hancur lagi dan dana yang kami gunakan dana bos tapi tak cukup. Karena gedung kelas bawah ini, dulunya merupakan rawa,” ucap Irmalinda. (AFRIZAL).
Komentar