Barangkali tidak muskil kiranya ketika seseorang merindukan suatu perniagaan yang betul-betul sesuai dengan syariat Islam, terlebih Indonesia merupakan sebuah Negara yang memiliki muslim terbanyak di dunia, perniagaan yang bebas dari riba, dimana sifat yang satu ini tidak bisa dipungkiri sudah sangat merajalela semenjak Negara Indonesia terbentuk, dan tanah melayu Sumatera tiada pula luput dari riba yang menggerogoti hampir di setiap sendi perekonomiannya.
Kiranya tuan dan puan boleh melirikkan pandang ke berbagai penjuru, mulai dari sistim perbankan, hutang piutang dengan bank, perniagaan di pasar-pasar dan pusat keramaian, dalam sewa menyewa, dan berbagai bidang lainnya, hampir semuanya berlaku sifat riba, bahkan perbankan yang katanya juga mengaku berbasis syariah, namun sesungguhnya didalamnya terselubung pula (bunga) riba yang menjelma dalam akad bagi hasil yang tidak jelas, dan hal itu terang sekali bukan bagian dari syariah islam, dan pada akhirnya perbankan yang seperti ini lebih nyatanya “menjual agama” dan tidak lebih baik dari pada perbankan lainnya yang terang-terangan menerapkan riba.
Dampak riba pada Perniagaan pun sama-sama bisa kita saksikan, dan dampak yang paling nyata itu ada pada kalimat “inflasi”, monopoli perdagangan, kemiskinan yang terorganisir akibat penguasaan pasar hanya berlaku pada pemilik modal besar, sampai pada situasi yang paling baru tahun 2016 ini, ekonomi masyarakat Indonesia yang semakin melemah.
Saya jenuh dengan keadaan yang berlarut-larut demikian, barangkali banyak pula diantara tuan puan yang jenuh dengan keadaan seperti yang diceriterakan diatas, namun kita tiada dapat berbuat banyak, ingin rasanya menyelamatkan perekonomian Negara dari riba ini, namun kita tiada punya kekuasaan untuk membuat kebijakan, kemana hendak mengadu ketika perekonomian semakin sulit.
Ditengah kemelut ekonomi yang mendera pada akhirnya saya bertemu dengan beberapa artikel di internet, salah satunya dari kesultanan Bintan, situs www.kesultananbintan.com menawarkan solusi yang sungguh luar biasa, dimana pada beberapa artikelnya ditemukan metode perniagaan menggunakan dinar dan dirham, sesuatu yang mungkin luput dari pengamat ekonom dan pengambil kebijakan Negara ini, bahwa ternyata kita masih mempunyai suatu solusi untuk penyelamatan ekonomi Negara ini.
Saya dan mungkin pula tuan dan puan yang sedang membaca artikel ini, barangkali juga merindukan suatu perniagaan yang mampu menyelamatkan masyarakat, dengan model perniagaan yang pernah diterapkan Baginda Rasulullah SAW pada zamannya, dimana menghindari riba pada setiap perniagaan merupakan suatu keharusan, dan saya tiada pula bermaksud menjadi pengamat ekonomi, sehingga seakan terlalu lancang membicarakan suatu solusi untuk sebuah Negara Indonesia, yang notabenenya memiliki ahli-ahli ekonom segudang bahkan mungkin lebih.
Namun inilah kerinduan saya, bahkan boleh jadi kerinduan tuan dan puan semuanya, manakala ditanah melayu sedang diupayakan perniagaan menggunakan dinar dan dirham dalam prakteknya, yang betul-betul sesuai dengan syariat Islam dan menjadikannya salah satu jalan menuju kemakmuran ummat, saya sungguh tergugah membaca pendapat yang disampaikan Sultan Bintan, “Ini upaya kita untuk keluar dari riba dan dampak inflasi, yang paling utama, menegakkan muamalah yang diteladankan Rasulullah”, kata Sultan Huzrin Hood, seperti dikutip dari artikel “MENGENAL PUSAT PASAR SULTAN BINTAN” di situs www.kesultananbintan.com.
Alangkah indahnya disebuah keramaian pasar dimana para pedagangnya tidak mengambil keuntungan yang berlebihan, dan tentunya hal tersebut berarti semua pengunjung pasar mampu membelinya dengan harga terjangkau, namun bukan itu saja keindahannya, disisi lain para pedagang pun tidak dikenakan biaya “siluman” seperti yang kebanyakan terjadi dipasar-pasar modern, sebagaimana yang dituliskan pada artikel tersebut, Sultan Huzrin juga mengatakan “Pasar ini bebas dipakai para pedagang dari mana saja selama barang yang dijual sesuai syariat dan ikut adab. Pedagang tak kena pungutan, tak de sewa lapak, tak bayar retribusi”.
Aduhai dimanakah lagi tuan puan bisa jumpa suasana pasar seperti yang diperkatakan pada artikel “MENGENAL PUSAT PASAR SULTAN BINTAN”, jika tuan pernah jumpa hal yang sama seperti di pasar sultan Bintan, bolehlah kita berbagai pandang dan rasa.
Barangkali saya akan selalu bermimpi mendambakan suasana pasar di kota Belopa, Sulawesi Selatan, seperti pusat pasar sultan Bintan di Bintan kepulauan riau sana, sambil terus menahan rindu akan kembalinya kesadaran ummat betapa bahayanya riba.
Opini ditulis oleh :
Komentar