Tanjungpinang, Tuah Kepri – Gubernur H Nurdin Basirun menyambut baik beroperasinya kapal unit produksi terapung (floating production unit/FPU) Jangkrik yang menandakan gas dari Blok Muara Bakau segera berproduksi. Nurdin berharap Kabupaten Karimun bisa juga menikmati hasil dari gas tersebut.
“Pak Menteri saya sudah lama berjanji ke PT Saipem dan masyarakat Karimun untuk memperjuangkan listrik untuk mereka. Bila persoalan listrik di Kabupaten Karimun ini bisa diselesaikan, saya yakin investasi di Karimun akan tumbuh drastis. Karimun bisa menjadi tujuan investasi setelah Batam. Untuk itu mohonlah Karimun ini diprioritaskan Pak Menteri. Sering-seringlah datang ke sini,” kata Nurdin diresmikannya Kapal FPU Jangkrik, Selasa (21/3) di Kawasan Proyek PT Saipem Kabupaten Karimun.
Nurdin mengatakan bahwa dirinya sangat yakin potensi investasi di Karimun sangat besar bila persoalan listrik bisa diatasi. Nurdin mencontohkan dengan hadirnya PT Saipem di Karimun. Karimun kata Nurdin mempunyai kelebihan aman dan nyaman. Masyarakat nya terbuka dan perizinannya sangat dimudahkan oleh pemerintah setempat.
“Segeralah sambung pipa dari Pemping ke Karimun pak Menteri. Saya kalau perlu ikut nyelam ke laut,” tambah Nurdin dengan nada gurauan.
Kapal FPU Jangkrik akan beroperasi di Blok Muara Bakau yang berlokasi di Cekungan Kutei, lepas pantai Selat Makassar, yakni sekitar 70 km dari garis pantai Kalimantan Timur.
Prosesi pemecahan kendi oleh Ratnawati Jonan, istri Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menjadi tanda peresmian itu. Proyek pengolahan gas dengan kapasitas hingga 450 juta standar kaki kubik per hari (mmscfd) ini dikerjakan oleh ENI Teluk Bakau dengan memperkerjakan tenaga kerja Indonesia akan beroperasinya dan mulai memproduksi gas pada Mei 2017 nanti.
“Atas nama Tuhan Yang Maha Kuasa kami memohon, lindungilah dan mudahkan segala hal mengenai kapal kami Jangkrik,” doa Ratnawati Jonan setelah memecahkan Kendi yang kemudian diiringi dengan bunyi serine.
Setelah itu Menteri Jonan beserta istri, Gubernur Kepri Nurdin Basirun dan rombongan menuju ke anjungan untuk meninjau secara dekat Kapal FPU Jangkrik yang berukuran 46×192 meter.
Turut hadir dalam kesempatan tersebut Ketua Komisi VII DPR-RI Gus Irawan Pasaribu, Direktur Jendral Migas I Gusti Nyoman Wiratmaja, Bupati Karimun Aunur Rafiq, Kepala BKPM Batam Adi Sugiarti, Executive Vice Presiden Asia Pacific ENI Franco Polo, Mantan KSAL staf khusus Gubernur Prasetyo.
Sebelumnya, Menteri ESDM Ignasius Jonan menyerahkan penghargaan Safety Award kepada pekerja proyek Jangkrik atas pencapaian 10 juta jam kerja tanpa kecelakaan. Lapangan Jangkrik dikerjakan oleh kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) Eni Muara Bakau BV, perusahaan migas asal Italia. Eni mengklaim sekaligus membuktikan bahwa proyek megaraksasa tersebut sangat mempedulikan kesehatan dan keselamatan kerja karyawannya.
Jonan dalam sambutannya menyampaikan ucapan terima kasih atas nama Pemerintah Republik Indonesia kepada Eni Muara Bakau yang telah berhasil menyelesaikan pembuatan kapal canggih dengan teknologi tinggi, Kapal FPU Jangrik. Selain sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan, pengerjaan proyek kapal ini lebih cepat 12 bulan dari waktu yang diperkirakan.
“Saya atas nama Pemerintah RI memberikan apresiasi yang tinggi kepada Perusahaan Eni Muara Bakau yang telah menyelesaikan kapal terbesar di Indonesia dengan teknologi tinggi ini lebih cepat 12 bulan dari perkiraan semula. Juga sesuai dengan anggaran. Dan yang paling luar biasa adalah tanpa kecelakaan kerja,” puji Jonan yang disambut dengan tepuk tangan para undangan. Dengan demikian penghematan yang diperoleh mencapai 300 juta USD. Angka yang menurut Jonan sangat fantastis.
Kepala SKK Migas Amin Sutaryadi menyebutkan proyek ini merupakan salah satu proyek gas besar setelah Masela, proyek IDD Chevron dan kilang gas LNG Tangguh di Papua. Tahun lalu operator blok tersebut, Eni Muara bakau BV dan mitranya telah meneken Perjanjian Jual Beli Gas (PJBG) dengan PT Pertamina (Persero). Setelah proyek ini beroperasi, Pertamina akan mendapat gas alam cair (LNG) sebanyak 1,4 juta ton untuk pasokan dalam negeri.
” Untuk awal produksi kita menargetkan 450 juta standar kaki kubik per hari (mmscfd). Itu berlangsung selama 6 tahun. Tahun berikutnya produksi akan menurun. Untuk penjualan gas, kita sudah sepakat dengan memakai Pertamina. Sebanyak 52 persen dijual ke Pertamina, Pertamina jual ke PLN. Sisanya 38 persen dijual ke perusahaan ENI yang lain. Dan 10 persen untuk ke pupuk Kaltim,” terang Amin. (AFRIZAL).
Komentar