Tanjungpinang, Tuah Kepri –
Kepala Bidang (Kabid) Perdagangan, Dinas Perindustrian Perdagangan Ekonomi Kreatif (Disperindag Ekraf dan PM) Kota Tanjungpinang, Teguh Susanto mengatakan harga komoditas kebutuhan bahan pokok naik drastis selama H-2 Imlek (8/2) sampai saat ini.
“Mayoritas kebutuhan pokok mengalami kenaikan drastis, seperti komoditas sayuran juga naik, dari kisaran Rp1000 sampai Rp4000 dari harga sebelumnya,” kata Teguh saat memantau dilapangan, Selasa (9/2).
Untuk komodiditas sayuran, katanya seperti terong dari Rp8.000 jadi Rp10.000/kg, wortel dari Rp14.000/kg naik jadi Rp15.000/kg, kacang panjang dari Rp11.000/kg naik ke harga Rp14.000/kg, timun dari Rp6.000/kg naik jadi Rp8.000/kg, tomat dari Rp15.000/kg jadi Rp16.000/kg.sawi dan bayam dari harga Rp6000/kg naik jadi Rp10.000/kg, kangkung dari harga Rp6.000/kg jadi Rp8.000/kg, serta kol yang sebelumnya dijual seharga Rp7.000 sekarang jadi Rp8.000/kg
Bahkan selain sayuran mengalami kenaikan harga, katanya juga komoditas yang lainnya juga naik Seeperti komoditas ikan, contohnya ikan selikur dari Rp20.000/kg harganya kini mencapai Rp35.000/kg.
Begitu juga dengan harga bawang juga mengalami kenaikan harga. Seperti katanya bawang putih dari Rp32.000/kg naik jadi Rp35.000/kg, bawang India dari Rp10.000/kg jadi Rp14.000/kg, bawang jawa dari Rp30.000/kg jadi Rp35.000/kg, dan kentang bukit tinggi dari Rp12.000/kg jadi Rp16.000/kg. Bahkan harga daging lokal juga naik, dari Rp130.000/kg naik jadi Rp135.000/kg,” ucap Teguh.
Kenaikan harga komoditas dipasar Tanjungpinang, menurutnya disebabkan etnis Tionghoa masih merayakan Imlek dan kenaikan harga tersebut tidak akan bertahan lama.
“Harga komoditas ini akan kembali normal diperkirakan Kamis (11/2) atau setelah beberapa hari perayaan Imlek. Artinya untuk di KotaTanjungpinang, perekonomian masih dipengaruhi mayoritas oleh etnis Tionghua,” kata Teguh..
Dengan liburnya para etnis Tionghoa merayakan Imlek, kata Teguh ini salah satu juga menyebabkan pemicu naiknya harga karena persedian komoditas perdagangan mengalami keterbatasan.
“Situasi ini lah yang rentan dan dimanfaatkan pedagang untuk menaikkan harga. Berdasarkan ilmu perdagangan memang naiknya harga masih bisa dimaklumi. Tetapi, jika naik sekitar Rp3000-4000 kondisi tidak wajar,” ujarnya.
Namun kata Teguh, pihaknya hanya bersifat mengawasi dan bukan menetapkan harga. Dan pihak Disperindag Ekraf dan PM Kota Tanjungpinan berpesan agar pedagang tidak boleh terlalu tinggi menaikkan harga. (AFRIZAL).
Komentar