TANJUNGPINANG, TUAHKEPRI – Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Tanjungpinang berencana menggelar Festival Pencak Silat Serumpun pada Juli 2025 mendatang. Kegiatan ini akan dilangsungkan di Pelataran Tugu Sirih, Tepi Laut Tanjungpinang, terbuka untuk umum.
Kepala Disbudpar Tanjungpinang, Muhammad Nazri, menyampaikan bahwa festival ini merupakan hasil kolaborasi antara pihaknya dengan Lembaga Adat Melayu (LAM) Tanjungpinang, khususnya melalui peran aktif Hulubalang LAM.
“Festival ini kami rancang sebagai bagian dari upaya pelestarian seni bela diri tradisional Melayu, yang merupakan warisan budaya daerah yang harus terus kita rawat,” jelas Nazri dalam keterangannya, Kamis (22/5/2025).
Menurut Nazri, pencak silat bukan sekadar bela diri, melainkan juga bentuk ekspresi budaya yang sarat nilai filosofi. Ia mengingatkan bahwa sejak 2019, pencak silat telah diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Dunia.
“Pengakuan ini menjadi pemicu semangat bagi kita untuk terus menjaga kelestarian dan eksistensi pencak silat, khususnya silat Melayu Kepulauan Riau yang kaya akan ciri khas gerak dan nilai-nilai budaya,” ujarnya.
Festival Silat Serumpun 2025 rencananya akan menghadirkan berbagai perguruan silat dari dalam dan luar daerah. Bahkan, beberapa negara serumpun seperti Malaysia akan turut berpartisipasi sebagai bentuk persaudaraan budaya lintas negara. Nazri berharap kehadiran peserta dari luar negeri mampu mempererat hubungan budaya antarbangsa.

“Festival ini bukan hanya ajang kompetisi, tapi juga wadah silaturahmi budaya. Kita ingin menunjukkan bahwa silat adalah perekat persaudaraan di kawasan serumpun, sekaligus kebanggaan budaya masyarakat Tanjungpinang,” tutur Nazri.
Nazri menjelaskan selama festival berlangsung akan menampilkan beragam kegiatan akan ditampilkan, mulai dari pertunjukan silat tradisional, kompetisi antarpaguron, hingga lokakarya yang melibatkan maestro silat.
Ia menambahkan pihaknya juga tengah mempersiapkan agenda edukatif bagi generasi muda agar mereka lebih mengenal nilai-nilai budaya lokal.
Nazri berharap antusiasme masyarakat Tanjungpinang tinggi terhadap pelaksanaan festival tersebut. “Kami mengajak seluruh warga untuk hadir menyaksikan dan memberi dukungan. Ini bukan hanya tentang silat, tetapi juga tentang jati diri budaya kita sebagai orang Melayu,” ucap Nazri.
Lebih lanjut, Nazri menegaskan bahwa pelestarian budaya tak bisa dilakukan sendiri oleh pemerintah. Peran masyarakat, perguruan silat, serta tokoh adat sangat dibutuhkan agar warisan ini terus hidup dan berkembang sesuai zaman.
“Kami mengapresiasi dukungan LAM Kota Tanjungpinang, khususnya Hulubalang LAM yang berperan aktif dalam menyiapkan kegiatan ini. Kolaborasi semacam ini penting untuk memperkuat identitas budaya kita,” imbuhnya.
Festival ini juga menjadi momentum penting untuk memperkenalkan Tanjungpinang sebagai salah satu destinasi budaya di Kepulauan Riau. Disbudpar menilai event budaya seperti ini berpotensi mendorong sektor pariwisata lokal yang berbasis kearifan lokal.
Dengan semangat menjaga warisan leluhur, sambung Nazri, Disbudpar Tanjungpinang berharap Festival Silat Serumpun menjadi agenda tahunan yang bukan hanya ditunggu oleh masyarakat lokal, tetapi juga oleh pecinta budaya dari berbagai penjuru.
“Ini adalah tugas bersama kita untuk menjaga agar silat tetap menjadi bagian hidup masyarakat Melayu,” pungkasnya.(Zal).
Komentar