DIAN FADILLAH, S.Sos
Ketua PKBM Suara Lampion Provinsi Kepri
OPINI – Pesta Demokrasi sudah selesai, perjuangan baru dimulai. Komunikasi
mengamasi musuh bersama- sama. Petahana ataupun tidak petahana bukanlah hal yang penting.
Banyak hal yang tidak mungkin terjadi ternyata dialamai pada saat ini, terutama Quick Count (Perhitungan Cepat) menyatakan bahwa Ahok-Jarot (41,50%) dan Anies-Sandi (58,50 %) masih sulit dipercaya secara nyata hasil akhirnya untuk rakyat biasa. Kata dan kalimat intelektual itu begitu memiliki tanggungjawab moral bagaikan setinggi langit di tengah tengah masyarakat.
Anies dan Ahok sebagai duo pesaing di Putaran 1 dan 2 yang menyisihkan Agus-Sylvie untuk Pemilihan Gubernur Jakarta sebagai DKI, akan mendapatkan Gubernur pilihan sebagai persatuan dan kesatuan yang utuh.
Hasil pemilihan sebagai objek Hot News yang menyejukkan masalah DKI yang sangat kompleks, dijadikan ikon baru sepanjang masa kampanye yang santun kepada semua orang. Orang yang memiliki elektabilitas tinggi seperti Anies Ahok adalah orang orang yang dikenal baik secara meluas di tengah masyarakat.
Ada orang baik yang memiliki cara bicara yang baik dan kinerja bagus, meskipun memilik jabatan tidak setinggi yang lain, tertama hanya memahami sedikit pengalaman dibidang yang ada hubungannya dengan jabatan publik yang ingin dicapai.
Tapi ada juga yang sudah menjabat, sehingga memiliki kekuatan untuk bicara panjang lebar seperti HERO diatambah dengan bukti bukti pendukung sehingga dalam debat dapat memperlihatkan kepiawaiannya dengan memperkenalkan kepada audiensi. Sehingga tidak ada kemungkinan akan menjadi tidak elektabel.
Seseorang yang berpendidikan tinggi dalam bidang yang tidak ada hubungannya dengan jabatan publik, boleh jadi mempunyai elektabilitas tinggi. Karena, adanya ketepatan yang mempopulerkannya. Elektabilitas disesuaikan dengan kriteria pilihan, bisa diterapkan kepada orang yang memilih menjelang suatu pemilihan dilakukan.
Elektabilitas realita partai politik mempunyai tingkat keterpilihan di depan public. Elektabilitas partai memiliki daya pilih yang tinggi untuk meningkatkan elektabilitas, sehingga sebagai sebuah objek elektabilitas setidaknya memenuhi kriteria. Sedangkan disisi lain harus memiliki tingkat keterkenalan di mata public dan layak untuk dipilih atau tidak dipilih. Sekarang itu semua tergantung pada teknik pendekatan kemasyarakatan melalui kunjungan kerja, home visit dengan mendengar keluhan dan keinginan warga serta memecahkan permasalahan di tengah tengah masyarakat untuk 5 tahun ke depan.
Hasil pemilihan kepala daerah yang sudah dilakukan hari ini Rabu 19 April 2017, sudah membelalakan mata kita masing masing, ternyata nilai Personality Plus sebagai pribadi masing masing sangat mencuri perhatian pemilih Jakarta dari pada partai-partai politik dan tokoh- tokoh yang yang mendukung dibelakang.
Alasan dan ulasannya pun bermunculan, berbagai figure yang sudah bermunculan atau sengaja dimunculkan melalui cara cara tertentu serta sudah diadu domba tanpa peduli, akan menghasilkan keburukan. Apapun akan dapat kembali membaik untuk menghindari ancaman yang lebih besar dalam menjaga keutuhan NKRI sebagaimana yang diharapkan oleh The Founding Father.
“Memproklamasikan Negara adalah gampang, tetapi menyusun Negara, mempertahankan Negara, memiliki Negara buat selama-lamanya adalah Sukar”. (Bung Karno dalam Kata Mutiara 69).
Selamat untuk Anies-Sandi dalam menjadi Gubernur baru DKI Jakarta peiode 2017 -2021, yang akan dibantu oleh pasangan Ahok-Djarot untuk Jakarta lebih baik tentunya Anies- Ahok sebagai Gubernur yang menjangkau semua orang untuk melihat Indonesia Jaya.
Komentar