TANJUNGPINANG, TUAHKEPRI – Drs. H. Abdul Kadir Ibrahim, MT ketika dilantik oleh Walikota Tanjungpinang, Hj. Rahma, S.IP,MM, bukan hanya para hadirin yang hadir di aula kantor Walikota Tanjungpinang yang “terkejut” bersuara riuh, tetapi setelah kabar itu tersiar luas di tengah masyarakat, maka sejumlah warga dan tokoh di Kota Gurindam Negeri Pantun pun demikian.
Satu di antara tokoh yang sampai menanyakan langsung kepada Walikota Tanjungpinang, adalah Kajari Tanjungping Joko Yuhono, dalam sebuah acara baca puisi di Gedung Kesenian Aisyah Sulaiman Riau, beberapa hari seusai acara pelantikan, pada penghujung November 2022.
Dipertanyakan, antara lain, karena Abdul Kadir Ibrahim, yang akrab dipanggil Akib dikenal sebelumnya sudah menjadi PLT Kepala Dinas Perkim Kota Tanjungpinang, yang memang sesuai dengan Pendidikan S2-nya, yakni Magister Teknik (MT) Pembangunan Wilayah Kota, alumni Universitas Diponegoro, Semarang.
Di samping itu, Akib sangat dikenal luas, baik di Provinsi Kepulauan Riau, Nasional maupun internasional adalah seorang sastrawan dan budayawan serta mantan Cik Gu. Karena itu dinilai, amatlah jauh bidang tugas yang diembannya, bila dipandang dari segi pendidikan formal maupun pengetahun yang diperolehnya secara informal melalui Pendidikan dan pelatihan.
Menanggapi suara-suara yang mempertanyakan tersebut, Walikota Tanjungpinang, Hj. Rahma ketika menyampaikan sambutan pada acara pembacaan puisi di gedung Kesenian Aisyah Sulaiman Riau, November 2022 lalu, memberi penjelasan singkat. Katanya, Akib adalah seorang pejabat yang sudah senior di jajaran Pemerintah Kota Tanjungpinang, sudah pernah menjadi kepala dinas sejak lama atau sudah memimpin beberapa dinas, dan relatif berhasil baik.
Karena itu, dengan kemampuan dan pengalamannya, dipercayai akan dapat membawa Satpol PP Kota Tanjungpinang ke arah perubahan yang lebih baik. “Tidak waktunya lagi anggota Satpol PP melakukan penertiban dengan kekerasan, tetapi dengan pendekatan budaya dan humanis. Pak Akib dipandang mampu melakukannya,” kata Rahma.
Sementara Abdul Kadir Ibrahim (Akib), ketika ditanyakan tentang bagaimana perasaannya diberi amanah sebagai Kasat Pol PP Kota Tanjungpinang, tidak mau berkomentar banyak. Katanya, pada instinya, perinsipnya, setiap PNS atau ASN siap ditempatkan dan melaksanakan tugas, tanggungjawab, kewenangan di manapun di seluruh wilayah Indonesia.
“Sumpah yang dilafazkan ketika menjadi PNS, ya, demikian itu.
Maka, tidak ada pilihan lain, selain menerima apapun amanah, jabatan dan kedudukan yang diberikan oleh Pimpinan, dengan bertekad untuk melaksanakannya dengan baik dan berupaya meraih hasil yang baik pula,” katanya.
Sebelum menjadi Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kota Tanjungpinang, Abdul Kadir Ibrahim (Akib), telah menduduki beberapa jabatan di jajaran jabatan struktural Pemerintah Kota Tanjungpinang. Mulai dari jabatan eselon IV, menjadi Kasubdin Kebudayaan pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tanjungpiang (2002-2005), Kepala Seksi Sejarah, Purbakala dan Permuseuman pada Bidang Sejarah, Purbakala, Nilai Budaya dan Kesenian pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tanjungpinang (2005-2006).
Kemudian Kepala Bidang Sejarah, Purbakala, Nilai Budaya dan Kesenian pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tanjungpinang (2006-2008), Pelaksana Tugas (PLT) Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tanjungpinang (3 April 2007 s.d. 25 Februari 2008), Kepala Bagian Hubungan Masyarakat pada Sekretariat Daerah Kota Tanjungpinang (2008-2009).
Selanjutnya menjadi Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tanjungpinang (2009-2011). Kemudian Kepala Badan Kesatuan Pembangunan, Politik, Lingkungan dan Permberdayaan Masyarakat (Kesbang Pol Linpenmas) (2011-2012). Selanjutnya menjadi Staf Ahli Walikota Tanjungpinang Bidang SDM (2012-2013). Menjadi Staf Walikota Tanjungpinang Bidang Ekonomi dan Pembangunan (2013-2014). Staf Ahli Walikota Tanjungpinang bidang Pemerintahan (2014-2015).
Kemudian turun lagi ke dinas, yakni menjadi Sekretaris DPRD Kota Tanjungpinang (2015-2019). Menjadi Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Tanjungpinang (2019-2020). Masuk lagi “kapal induk” menjadi Staf Ahli Walikota Tanjungpinang Bidang Ekonomi dan Pembangunan (2020-2022), yang sempena itu juga menjadi PL Kepala Dinas Perkim (2022). Pada akhirnya menjadi Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Kasat Pol PP) Kota Tanjungpinang (18 November 2022 sampai sekarang).
Jika Walikota Rahma mengatakan bahwa Akib sudah banyak makan asam garam, berpengalaman dan senior di jajaran Pemerintah Kota Tanjungpinang, memang tepat adanya. Dia adalah generasi pertama yang dilantik sebagai pejabat Pemerintah Kota Tanjungpinang setelah menjadi Kota Otonom pada pada tahun 2001.
Diakui pula oleh Walikota Tanjungpunang yang pertama, Hj Suryatati A Manan dalam suatu kesempatan, bahwa Akib bukan hanya sebagai pejabat yang telah banyak berbuat, inovatif dan kreatif, tetapi jauh sebelumnya adalah satu di antara pejuang pembentukan Kota Tanjungpinang.
Dan, jangan lupa, Akib menjadi pejabat sudah pernah bersama Walikota Tanjungpinang Hj Suryatati Amanan (2002-2013), Walikota Tanjungpinang H. Lis Darmansyah, SH (2014-2018), Pj Walikota Tanjungpinang Drs. Raja Ariza, MM (2018), Walikota Tanjungpinang H. Syahrul, S.Pd (2019-2020), dan Hj. Rahma,S.IP, MM (2020-2023).
Dalam kedudukannya di tengah masyarakat, khususnya di Kota Tanjungpinang, antara lain pernah menjadi Ketua Komite Sastra Dewan Kesenian Kota Tanjungpinang selama dua priode. Menjadi Ketua Komite Sastra Dewan Kesenian Provinsi Kepulauan Riau dua priode. Menjadi Ketua Asosiasi Tradisi Lisan (ATL) Provinsi Kepulauan Riau dua priode (2016-2020 dan 2021-2025). Menjadi Koordinator Satu Pena Indonesia Wilayah Provinsi Kepulauan Riau (2022-sekarang). Menjadi Wakil Ketua Lembaga Adat Melayu (LAM) Kota Tanjungpinang dua priode (2018-2021 dan 2022-2027).
Berkarier dari Jurnalis dan Guru
Abdul Kadir Ibrahim, yang akrab dipanggil Akib, lahir di Kelarik Ulu, Bunguran Utara, Natuna, Kepulauan Riau, 4 Juni 1966 dari pasangan H. Ibrahim Bukit dan Hj. Hotijah Muhammad Naim. Pendidikan formal ditempuhnya SD di Kelarik Air Mali, Natuna (1981), Madrasah Tsanwiyah Sedanau (1984), Madrasah Aliyah Negeri, Pekanbaru (1987), Fakultas Tarbiyah Istitut Agama Islam Negeri Sultan Syarif Qasim Pekanbaru (1991), Magister Teknik (MT) Pembangunan Wilayah Kota, Universitas Diponegoro, Semarang (2008).
Dalam meniti karier, Abdul Kadir Ibrahim, yang beristrikan Hj. Ermita Thaib, S.Ag, dan dikarunia tiga anak, Tiara Ayu Karmita, Safril Rahmat dan Sasqia Nurhasanah, memulainya dari menjadi penulis. Dia mulai menulis karya sastra sejak di bangku Madrasah Aliyah Negeri, Jalan Bandeng, Pekanbaru, Riau, dalam tahun 1985.
Di samping bakatnya main musik (band), kesenian yang digelutinya sejak masih kanak-kanak ketika bersekolah di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Sedanau, Natuna sehingga MAN di Pekanbaru. Setamat MAN dalam tahun 1987, di samping melanjutkan pendidikan di IAIN Sultan Syarif Qasim, Pekanbaru, juga mengisi “acara puisi dan lagu” di RRI Pekanbaru (1987-1989). Kemudian mengasah bakatnya di bidang seni peran, dalam hal ini, teater. Akib bergabung dengan Bengkel Teater Bersama (BTB), asuhan Dasri Al-Mubary yang bermarkas di Taman Budaya Riau, Pekanbaru (1989-1995).
Dari RRI Akib kemudian benar- benar bertekad dan sesrius menekuni dunuia kewartawanan, jurnalis. Maka, seiring aktivitas berteater, dia juga menjadi wartawan SKM Genta, Pekanbaru (1989-1993) dan kemudian Harian Riau Pos, Pekanbaru yang pernah bertugas selain Pekanbaru dan sekitarnya, tetapi juga di Duri, Dumai, Batam dan Tanjungpinang (1993-1996).
Pada gilirannya Akib diterima menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada Kakanwil Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud) Provinsi Riau di penghujung tahun 1994. Dan, bertugas menjadi guru pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri Midai, Natuna, Kepulauan Riau. Akib menjadi pendidik di Midai dari 1995-1998, yang akhirnya pindah menjadi guru pada SMP Negeri 4 Tanjungpinang (1998-2002). Akib meninggalkan SMP Negeri 4 Tanjungpinang karena dilantik oleh Walikota Tanjungpinang, Dra. Hj. Suryatati A Manan menjadi Kepala Sub Dinas Kebudayaan pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tanjungpinang (2002). Sejak saat itulah Akib dikenal sebagai seorang wartawan, sastrawan dan birokrat.
Dunia jurnalis belum ditinggalkan Akib. Maka ketika menetap di Kota Tanjungpinang, diangkat kembali oleh Ceo Riau Pos Groub Rida K Liamsi menjadi Redaktur Pelaksana Mingguan SeMpadaN (1999-2003). Selanjutnya mengundurkan diri dari Riau Pos Groub dan bersama beberapa teman di Natuna, antara lain Piliang dan Darlis, mendirikan media cetak Natuna Pos (menjadi Pemimpin Umum, 2003-sekarang).
Karya Tulis dan Penghargaan
Buku kumpulan puisi tunggalnya yang pertama 66 menguak (Bengkel Teater Bersama, Pekanbaru, April 1991), yang diluncurkan dan dibacakan di Teater Arena, Balai Dang Merdu, Pekanbaru, Riau, 1992, dengan pembicara utama Al Azhar, yang dipandu oleh penyair Idrus Tintin. Buku tersebut membawa nama Abdul Kadir Ibrahim (Akib), dibincangkan di Pekanbaru, Riau, sehingga budayawan Melayu terkemuka, UU Hamidy dalam bukunya Bahasa Melayu dan Kreativitas Sastra di Daerah Riau menulis dalam satu Bab, yakni Bab XI. Menguak Lintasan Metapor dalam Kumpulan Puisi Abdul Kadir Ibrahim (Unri Press, Pekanbaru, Maret 1994).
Melalui kumpulan puisi 66 menguak nama Abdul Kadir Ibrahim mendapat tempat di pentas kepenyairan Indonesia modern, yang namanya dan kumpulan puisinya itu dimuat dalam buku Pamusuk Eneste Bibliografi sastra Indonesia: cerpen, drama, novel, puisi, antologi, umum (Yayasan Indonesiatera, Magelang, Januari 2001, hlm.104).
Kepenyairan Abdul Kadir Ibrahim, sebelumnya juga sudah dimuat dalam buku Korrie Layun Rampan Leksikon Susastra Indonesia (Balai Pustaka, Jakarta, 2000, hlm.5). Beberapa tahun sebelumnya, Hasan Junus dan Ediruslan Pe Amanriza menyusun buku Peta Sastra Daerah Riau (Sebuah Bunga Rampai) (Pemerintah Daerah Tingkat I Provinsi Riau, Pekanbaru, 1993, hlm. 271).
Tentang kepenyairan, kesastrawanan Akib, selanjutnya dapat dibaca dalam buku-buku yang sudah terbit antara lain ditulis oleh Hasanuddin WS: Ensiklopedi Sastra Indonesia (2004), Hudan Hidayat: Bahasa Vareen (2017), Husnu Abadi & M. Badri: Leksikon Sastra Riau (2009), Agus Sri Danardana: Ensiklopedi Sastra Riau (2017), Joni Ariadinata (Penyelenggara): Abdul Kadir Ibrahim Penyair Cakrawala Sastra Indonesia (2008), Abdul Malik: Menjemput Tuah Menjunjung Marwah (2012), dan Maman S Mahayana (Editor): Apa & Siapa Penyair Indonesia (2016).
Adapun karya-karyanya, dalam bentuk buku, yang pertama adalah buku Kumpulan Puisi tunggal yang sudah terbit antara lain: 1) 66 menguak (1991), 2) negeri airmata (2004), 3) nadi hang tuah (Pengantar: Sapardi Joko Damono, 2010), 4) mantra cinta (Pengantar: Raudal Tanjung Banua, 2012), 5) doa cinta mekar laut langit (Pengantar: Suminto A Sayuti, 2017), 6) jikalau laut dinyalakan (2019, setakan kedua tahun 2019 Pengantar: Sutardji Calzoum Bachri), 7) dikunyahkan rindu (2019), 8) Cinta Menggelora kepada Nabi Muhammad SAW (2020); dan Emas Cinta Hendak Rasa #66+55=121 Puisi Wangi Dia (Pengantar: Joko Yuhono, 2022). Juga puluhan buku antologi (kumpulan) puisi bersama penulis lainnya, baik di Kepulauan Riau, di Riau, Indonesia, maupun internasional. Kumpulan puisi yang menghimpun 555 buah puisi yang ditulis rentang masa (2019-2023), dalam proses penerbitan.
Karya sastranya yang lain berupa prosa dan esai yang sudah terbit, yakni cerita pendek:
1) Menjual Natuna (Pengantar: Kazzaini Ks, 2000),
2) Harta Karun (dari Naskah yang berjudul “Kanak Segantang Pulau” ditulis ketika menjadi guru pada SMP Negeri Midai, Natuna, dan menjadi Pemenang Nominasi Nasional Pusat Perbukuan tahun 1997, sebuah kumpulan cerita anak dan terbit tahun 2001, 2002 dan 2013 dengan Pengantar: Elmustian Rahman).
3) Karpet Merah Wakil Presiden (Pengantar: Putu Wijaya, 2013), Tanjung Perempuan (Pengantar: Budi Darma, 2013), dan Santet Tujuh Pulau (Pengantar: Agus R Sarjono, 2013). Novel: 1) Memburu Kasih Perempuan Sampan (Pengantar: Raudal Tanjung Banua, 2013).
Adapun buku-buku esai antara lain:
1) Kartini & Aisyah Cinta Sekian Mendalam (Pengantar: Elmustaian Rahman, 2013),
2) Tanah Air Bahasa Indonesia (Pengantar: Harimurti Kridalaksana, 2013),
3) Politik Melayu (Pengantar: Jamal D Rahman dan Muchid al-Bintani, 2013 dan 2021). Sebuah buku tentang Islam, yakni Dari Syahadat sampai Lahad (Pengantar: Prof. Dr. Muchtar Ahmad,M.Sc, UNRI Press, Pekanbaru, 2005 dan 2006). Sebuah buku sehimpun pantun sebanyak 1.055 pantun berjudul Wai @1.055 Pantun Dikau Kekasih (Pengantar: Prof. Dr. Abdul Hadi WM, dan Efilog: Redra Setyadiharja, S.Sos, M.Ip., yang sudah siap ditulis pada 2022, menunggu terbit). Dalam karya prosa, cerpennya berjudul “Kerikil” menjadi pilihan Sagang-Harian Riau Pos, Pekanbaru tahun 1996 yang diterbitkan dalam buku Karya Pilihan Sagang’1996.
Buku budaya dan sejarah, antara lain ditulis bersama penulis lain:
1) Sejarah Kejuangan Raja Ali Haji sebagai Bapak Bahasa Indonesia-Pahlawan Nasional (2004).
2) Kartini & Aisyah: Perempuan Pejuang (2004).
3) Riwayat Singkat Pahlawan Nasional Raja Haji Fisabilillah (2007).
4) Riwayat Singkat Pahlawan Nasional Raja Ali Haji (2007).
5) Penjelasan dan Penafsiran Gurindam Dua Belas Karya Raja Ali Haji (2009).
6) Sejarah Perjuangan Sultan Mahmud Riayat Syah Yang Dipertuan Besar Kerajaan Riau-Lingga-Johor dan Pagang (sebagai Wakil Ketua Tim Penyusun, 2012).
7) Sejarah Perjuangan Sultan Mahmud Riayat Syah: Strat aegi Perang Gerilya Laut (sebagai Wakil Ketua Tim Penyusun, 2017)
8) Bintan dan Jejak Sejarahnya (sebagai Ketua Tim Penyusun, 2022), dan 9) Kepulauan Riau dan Jejak Sejarahnya (2022).
9) Pilosofi Dunia Melayu (Penanggung jawab/ Penyelenggara: 2010).
10) Puisi Esai Kemungkinan Baru Puisi Indonesia (2013).
11) Dongeng Negeri Kita-Antologi Cerita Rakyat Nusantara (An Anthology of Nusantara Folktales (2015), dan 16) Gelanggang Budaya Melayu 70 Tahun UU Hamidy (2013).
Bukunya bersama penulis lain sudah puluhan yang terabit, antara lain Bintan dan Jejak Sejarahnya (2022) dan Kepulauan Riau dan Jejak Sejarahnya (2022).
Telah menulis puluhan makalah, yang dibentangkan dalam perhelatan lokal di Tanjungpinang, Batam, Natuna, Lingga dan Bintan. Dibentang dalam perhelatan nasional dan internasional, antara lain di Melaka-Malaysia, Jakarta, Mataram, Tanjungpinang, Lingga, Bukit Tinggi, Padang, Pekanbaru, Bali dan Wakatobi.
Eksistensi Abdul Kadir Ibrahim dalam dunia kepengarangan Melayu dan Indonesia, telah ditulis sejumlah pakar dalam beberapa esai, dan buku-buku yang sudah terbit. Antara lain dipublikasikan oleh Harian Kompas, Harian Media Indonesia, Harian Republika, Harian Riau Pos, Harian Batam Pos, Harian Sijori Mandiri, Harian Haluan Kepri, Harian Sinar Harapan, Harian Sinar Bahagia, Koran Jojga, Majalah Sagang, Harian Tanjungpinang Pos, Majalah Horison, Jurnal Sajak dan Majalah Gatra.
Sejumlah esai tentang karya puisi Akib, di antaranya terangkum dalam buku Abdul Kadir Ibrahim Penyair Cakrawala Sastra Indonesia (Penyelenggara: Joni Ariadinata, Akar Indonesia, Yogyakarta, 2008). Juga karya-karya puisinya sendiri antara lain dimuat Majalah Horison, Media Indonesia, Riau Pos, Batam Pos, Majalah Sagang, Jurnal Sajak, dan Majalah Arus. Bertebaran di beberapa media online.
Menariknya, sejumlah karyanya, baik karya kumpulan puisi maupun prosa (cerita pendek) sudah dikaji oleh puluhan mahasiswa menyelesaikan studi di pergurun tinggi dalam bentuk skripsi. Juga dikaji oleh para pakar bahasa dan sastra, baik sastrawan, budayawan maupun akademisi dari berbagai perguruan tinggi di dalam dan luar negeri.
Dalam menekuni dunia tulis-menulis, literasi, kalam bidang seni-sastra atau budaya lebih 37 tahun (1986-2023), Abdul Kadir Ibrahim (Akib) telah mewariskan sejumlah karya tulis dan kreativitas berkesenian di tengah masyarakat Melayu, dan Indonesia serta dunia. Dalam rentang masa demikian, telahpun juga berhasil menerima beberapa anugerah (penghargaan) seni-sastra-budaya, baik lokal, nasional maupun internasional. Penghargaan/ Anugerah Sagang sebagai Seniman Serantau, dari Yayasan Sagang, Riau, tahun 2013.
Satu di antara Penyair sebagai Pemenang Buku Puisi Pilihan, kumpulan puisi Jikalau Laut Dinyalakan (Milaz Grafika, Tanjungpinang, Cetakan 1, Juni 2019 dengan cetakan ke-II pada Juli 2019 disertai Pengantar oleh Presiden Penyair Indonesia Sutardji Calzoum Bachri) sekaligus Penerima Anugerah Hari Puisi Indonsia pada Sayembara Buku Puisi Indonesia yang ditaja Yayasan Hari Puisi Indonesia, tahun 2019.
Penghargaan yang tak kalah bergengsi dalam kedudukannya sebagai seniman adalah menerima Anugerah Jembia Emas, dari Yayasan Jembia Emas, Kepulauan Riau, tahun 2019. Di tingkat internasional adalah Penerima Penghargaan Anugerah Kepemimpinan Adat dan Warisan Dunia Melayu Dunia Islam (DMDI) 2019 atas jasa dan sumbangan memartabatkan dan mem-perkasakan Warisan Peradaban di Rumpun Melayu dari Dunia Melayu Dunia Islam, tahun 2019. Pada Bulan Bahasa 2021, Akib menjadi penerima Penghargaan Penulis Puisi dari Kantor Bahasa Provinsi Kepulauan Riau, Badan Bahasa dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.
Abdul Kadir Ibrahim, telah tampil baca puisi di beberapa kota dalam dan luar negeri, antara lain pada Peluncuran dan Diskusi Kumpulan Puisi 66 menguak, di Teater Arena, Balai Dang Merdu, Pekanbaru (1991), Perhelatan Penyair Pekanbaru-Riau, di Taman Budaya Riau, Pekanbaru (1992), Peluncuran dan Diskusi Kumpulan Puisi negeri airmata Dewan Kesenian Jakarta, di Taman Ismail Marzuki, Jakarta (2004), Temu Sastrawan Indonesia (TSI) di Bangka Belitung (2009).
Peluncuran dan Bincang Kumpulan Puisi Nadi Hang Tuah di Amphitheater, Taman Budaya Yogyakarta (2010), Deklarasi Hari Puisi Indonesia di Gedung Kesenian Idrus Tintin, Pekanbaru, Riau (2012), Musyawarah Nasional- Maklumat Hari Sastra Indonesia, di Rumah Puisi Taufiq Ismail, Tanah Datar, Sumatera Barat (2013), Pertemuan Penyair Nusantara di Pekanbaru, Riau (2012), Peringatan Hari Puisi Indonesia di Taman Ismail Marzuki, Jakarta (2016), MASTERA di Jakarta (2017), Festival Budaya Melayu Riau di Gedung Kesenian Idrus Tintin, di Pekanbaru, Riau (2018), Festival Penyair Internasional (dunia) di Hanoi, Vietnam (2019), MUNSI III di Jakarta (2020), Pertemuan Selat Malaka, Malaka, Malaysia (2019) dan Festival Sastra Internasional Gunung Bintan, di Tanjungpinang (2021).
Dalam kesungguhan dan pengabdiannya sebagai PNS atau Aparatur Sipil Negara (ASN) yang berprestasi sesuai jabatannya, maka Abdul Kadir Ibrahim juga menerima beberapa penghargaan, yakni:
1) Asean Development Citra Awards 2012-2013, APC-Asean Programe Consultant Indonesian Consortium (6 Juli 2012).
2) The Best Excekutive Citra Awards (2011-2012).
3) Asean Programme Consultant Indonesia Consortium, yang Ditandai dengan Sebuah Piagam dan Mendali dari Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat RI (5 Disember 2011).
4) Indonesia Best Executive of The Year 2009 dari Citra Mandiri Indonesia (18 Desember 2009.
5) Indonesian Award “Man of The Year 2009” dari Yayasan Penghargaan Indonesia (7 November 2009).
Ketika menjadi Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tanjungpinang (2007, dan 2009-2011), sempat menggelar beberapa perhelatan kebudayaan bertarap nasional dan internasional, yang antara lain Temu Sastrawan Indonesia (TSI) III, sebagai Penanggungjawab/ Ketua Pelaksana (tahun 2010). Menjadi Penanggungjawab penyusunan dan penerbitan buku budaya antara lain: Dermaga Sastra Indonsia, Revitalisasi Budaya Melayu I (2004) dan Revitalisasi Budaya Melayu II (2008).
“Hidup berpacu dengan umur, bersaing dengan waktu. Kesempatan tidak pernah terulang dua kali. Melakukan sesuatu dalam kebaikan, hendekkan yang terbaik, apapun itu. Yakinlah seyakin-yakinnya, bahwa sesuatu itu sebagai bagian dari amal shalih dalam hidup dan kehidupan, yang dengan itulah semoga menjadi insan yang ada sedikit nilai di mata manusia dan diridhai Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT”, kata Akib. (Redaksi).
Editor : Rizal.
Komentar