DIAN FADILLAH, S.Sos
Ketua Sanggar Lembayung Tanjungpinang Provinsi Kepri
OPINI, – Perkembangan di segala bidang dalam setiap periode kepemimpinan Presiden, tidak terlepas dari perubahan demi perubahan. Apakah itu tuntutan dari Presiden Wakil Presiden ataupun penjelmaan tugas-tugas sang Mentri dalam mengimplementasi Tupoksi yang merupakan bagian-bagain yang tdak dapat dilepaskan. Mulai dari kerjakan standar sampai dengan tindakan gonta ganti program kerja yang sudah merupakan hal yang sangat biasa terjadi di negri ini.
Kononnya tingkah ini juga diikuti oleh pejabat yang baru diangkat ataupun pejabat yang menggantikan pejabat yang lama, agar yang bersangkutan dianggap bekerja nyata dan Nyata dalam berkerja. Sebagaimana Wacana yang sebelumnya diontarkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang sudah mencoba menggelait dengan membuat program yang berkiblat kepada Negara findlandia.
Menurut pandangan beliau merupakan negara yang berkembang di dunia pendidikan sampai dengan saat ini. Bapak Muhadjir Effendy ini sebelumnya pernah berencana memperpanjang jam belajar di Sekolah dengan Sistem baru
yang beliau namakan full day school atau sekolah sehari penuh khusus untuk tingkat Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama di negeri maupun swasta.
Gagasan itu sudah di sounding kepada Wakil Presiden Jusuf Kalla disetujui. Hanya saja, Wapres minta untuk membuat Pilot Project terlebih dahulu sebelum wacana itu akan direalisasikan. Pak Menteri juga mengaku Presiden Jokowi mendukung system full day school yang digagasnya. Persetujuan dari Pak Presiden sudah di apresiasikan dengan memberikan contoh terkait. Saat ini tinggal menyusunnya secara teknis dengan melibatkan semua warga sekolah secara lebih lanjut di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, sepertidilansir Liputan6.com pada Senin (8/8/2016).
Alasan mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang itu, agar anak tidak sendiri ketika orangtua mereka masih bekerja dan bisa menutup celah kenakalan pada anak. Akan banyak hal positif yang timbul saat sistem baru ini diberlakukan yang secara perlahan, anak didik akan terbangun karakternya dan tidak menjadi ‘liar’ di luar sekolah,” apabila sistem itu diterapkan setiap siswa nantinya akan pulang sekolah lebih sore pada pukul 17.00 WIB.
Ketentuan full day school lain, aman libur 2 hari pada Sabtu dan Minggu. Inovasi pendidikan ini memberikan banyak waktu dan kesempatan untuk guru dalam mendidik anaknya. Apakah itu dalam menanamkan karakter dalam Nawacita masa depan bangsa, dan nanti kompensasinya mungkin di hari Sabtu libur, sehingga waktu dengan orangtua dan kegiatan lainnya akan terkompensasi pada Hari Sabtu dan Minggunya,” kata Muhadjir Effendy.
Rencana program itu sudah mendapat mendapat responsive public yang luar biasa, dengan segala pro dan kontranya. Ada yang berkomentar baguslah kita dapat libur penuh selama 2 hari yaitu Sabtu dan Minggu. Dan ada juga yang bekomentar libur boleh boleh saja, tapi belajarnya jangan sampai jam 5 lah mungkin bisa jam 4 sudah usai. Bahkan penolakan pun terjadi di medsos dengan berbagai alasan yang masuk akal, yaitu kasian anak anak seharian di sekolah.
Kemudian kapan mereka akan bersosialsiasi dengan lingkungan, bermain dan refreshing ? secara akar kata dampak negative dan positif wacana itu sudah merebak kemana mana, sehingga pak mentripun sempat menyampaikan statement sesaat yakni “ apabila masyarakat banyak yang tidak setuju maka wacana ini akhirnya dibatalkan” .
Sekarang Pak menteri muncul kembali kepermukaan dengan wacana atau rencana baru lagi yaitu “PR akan dihapus.“ Apakah gerangan tentang penghapusan PR dan wacana ini akan diberlakukan tehitung mulai semester depan. Hal Itu berarti pada Januari 2017 tepatnya semester genap pada tahun ajaran 2016-2017.
Coba kita lihat telaah lebih lanjut PR dan segala seluk beluknya, sehingga kita mempunyai konsep dan persepsi terhadap barang lama yang namanya PR ini. Apakah yang dimaksud dengan PR yang dikenal dengan Pekerjaan Rumah atau yang dikneal dengan Home work ?
Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia, bahwa pekerjaan itu memiliki arti “suatu yang wajib dikerjakan atau yang ditentukan untuk dilakukan; pekerjaan yang menjadi tanggung jawabseseorang” sebagai contoh pekerjaan yang dibebankan, pegawai hendaklah menjalankan masing-masing dengan baik, sasaran utama yang dibebankan harapan sesuatu untuk dicapai.
Sedangkan rumah yaitu bangunan untuk tempat tinggal, 2 bangunan pada umumnya (seperti gedung). Jadi jelas PR itu sebagai sebuah pekerjaan rumah yang harus dikerjakan dengan tangguingjawan.
Menurut Lifelong learning bahwa PR
atau yang dikenal dengan Pekerjaan Rumah (PR), dalam Bahasa Inggris disebut, Homework atau homework assignment merupakan sejumlah aktivitas tugas yang diberikan oleh seorang guru kepada kepadanya, untuk dikerjakan di luar kelas /sekolah. Pekerjaan rumah itu dapat bermacam-macam (dapat dikerjakan secara individu maupun berkelompok) yang biasanya diberikan untuk tujuan sebagai berikut, Meningkatkan kemampuan dan keterampilan siswa. Menambah pengetahuan dan mengulang materi yang telah dipelajari di sekolah.
Menyiapkan siswa mempelajari materi berikutnya, bahkan mengaplikasikan pengetahuan siswa dalam kehidupan nyata sehari-hari.
Adapun tujuan bagi sebagian guru yang untuk lebih memahami pembelajaran yang sudah dilakukan maka, penugasan atau pemberian PR berfungsi mengisi waktu siswa yang bermanfaat daripada sekedar main yang tidak terarah sepulang sekolah. Terkadang yang terjadi di masyarakat, l bahwa Guru akan dianggap serius memberikan pengajaran oleh orang tua ketika si anak di rumah sibuk mengerjakan PR (Malahan ada di sebahagian masyarakat yang terukur pendidikannya tak jarang orang tua minta anaknya diberikan PR, supaya dapat di control pembelajarannya.
Sekarang yang perlu diperhatikan adalah, apakah PR yang diberikan dapat dibuat secara bervariasi mulai dari membuat resume ataupun dengan mencari info lanjutan di internet, sebagaimana yang diarahkan.
Hasil yang diperoleh anak akan di check pada saat masuk sekolah. Dari hasil itulah, guru dapat memberikan penilaian sekaligus masukan sesuai dengan tujuan materi. Keaktifan siswa dan guru akan tercermin dalam PR yang diberikan, sehingga interaksi individu dan kelompok akan tercipta dengan pantas dan layak. Suasana kelas akan berjalan secara dinamis dan anak akan terhindar dari monotonnya proses pembelajaran yang hanya itu itu saja.
Kedinamisan kelas, harus diciptakan sehingga dapat menjadi pilihan lokasi favourite anak yang menyenangakan dan menggembirakan. Setiap siswa akan semangat untuk pergi ke Sekolah karena akan ketemu dengan guru yang inovatif dan akan membahas tugas yang dikerjakan.
Untuk Bapak Ibu guru di Sekolah bermanfaat dan untuk orang tua juga berguna yang secara kedua belah pihak, sangat bernilai untuk masa depan anak meskipun terkadang ada saja anak yang tidak membuat PR nya (malas) atau tidak mengumpulkannya, dengan alasan-alasan tertentu.
Hal itu tidak perlu dipermasalahkan,
kita tinggal pelajari dengan memberikan pengertian sambil mencari jalan lain untuk anak yang bersangkutan pada tugas selanjutnya, dapat mengerjakannya . Tugas yang sudah dilihat dapat dilanjutkan dalam bentuk diskusi dan interaksi, sambil melemparkan pertanyaan-pertanyaan.
Seorang guru juga tidak melupakan pujian-pujian, karena siswa yang sudah dengan maksimal mengerjakannya dengan kalimat..Wah! Hebat kamu nak … bagus hasil PR nya dengan memberikan nilai atau Score yang tinggi. Sehingga timbul motivasi untuk lebih.
Selanjutnya seorang guru bisa memberikan apresiasi lanjutan dengan menempelkan nilai tugas di depan kelas atau di depan Labour. Apalagi adanya kebijakan baru Pak Menteri, untuk mengagendakan Penghapusan Ujian Nasional atau yang dikenal UN.
Luar Biasa …Indoneisa banyak ide-ide kreatif dari guru yang berkeinginan untuk dapat menjaga hubungan dengan anak tetap harmonis, diikuti secara maksimal sehingga “the Golden Age” betul – betul akan dapat diwujudkan dengan mensikapi hal-hal negatif dilapangan.
Hal pasti yang harus dipikirkan adalah, bahwa suatu kebijakan haruslah dipikirkan secara matang dengan pemikiran intelektual yang tinggi, diikuti dengan survey di lapangan agar yang namanya Fullday School, PR, serta UN sebagai suatu rangkaian kegiatan rutinitas Sekolah yang sudah bagus tidak perlu untuk di otak atik.
Bagaimanapun suatu kebijakan yang dibuat oleh atasan, harusnya berdampak positif kepada anak, orangtua dan guru. Hendaknya kebijakan yang dibuat dapat dijadikan sebagai dasar pemancing semangat untuk melaksanakan proses belajar mengajar di sekolah.
Keingintahuan luar biasa berubah, hendaknya memberikan nilai plus untuk pendidikan Indonesia. Lebih lanjut apakah itu terhadap suatu disiplin ilmu yang DINAMIS, sebagaimana dinamisnya manusia sebagai makhluk mulia di bumi tercinta ini.
Mari kita bersama sama mendorong kemajuan kreativitas pendidikan guru dan siswa. Semoga wacana yang akan datang dapat memberikan angin segar, sehingga hadirnya wacana bagus diantaranya magang guru dan siswa ke luar negeri atau hal hal lain yang dirasa perlu untuk disikapi secara significan sesuai dengan culture Indonesia. Sehingga sekolah juga dapat menyajikan pembelajaran yang menggembirakan sesuai dengan Visi pendidikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan kita, Muhadjir Effendy.
Akhirnya, kita boleh melihat perkembangan negara luar yang selalu berkembang secara positif. Akan tetapi, setidaknya kita juga harus menyesuaiakan, sehingga tidak ada sentuhan sedikitpun yang akan menimbulkan masalah baru kepada kelanjutan hubungan dalam dunia pendidikan dan kemasyarakatan di Indonesia.
Komentar