Import Kepri Oktober 2015 Turun 1,78 Persen

Tanjungpinang, (TK) –

[dropcap]N[/dropcap]ilai impor Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) selama Oktober 2015 mengalami penurunan sebesar 1,78 persen dibanding impor September 2015.

“Turunnya impor disebabkan oleh turunnya impor komoditi non-migas yaitu sebesar 10,62 persen, sementara migas naik sebesar 112,27 persen,” kata kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kepri, Sabtu (21/11).

Impor Non-migas tersebut menurut sepuluh golongan barang utama terbesar selama Oktober 2015 adalah mesin peralatan listrik (HS 85), yaitu sebesar $183,78 juta dollar Amerika atau 33,81 persen dari total impor non-migas.

Golongan barang impor non-migas lainya yang mempunyai peran cukup besar adalah golongan barang mesin-mesin/pesawat mekanik (HS 84) dengan nilai $99,18 juta dollar Amerika dengan peranannya sebesar 18,25 persen, benda-benda dari besi dan baja (HS 73) dengan nilai $61,03 juta dollar Amerika (11,23 persen), plastik dan barang dari plastik (HS 39) dengan nilai$36,13 juta (6,65 persen).

Lanjut besi dan baja (HS 72) dengan nilai $20,97 juta dollar Amerika (3,86 persen), perangkat optik (HS 90) dengan nilai $15,74 juta dollar Amerika (2,89 persen), kapal laut (HS 89) dengan nilai $15,35 juta dollar Amerika (2,82 persen), alumunium (HS 76) dengan nilai $11,55 juta dollar Amerika (2,12 persen), sari bahan samak dan celup (HS 32) dengan nilai $11,19 juta dollar Amerika (2,06 persen), serta golongan barang Kertas/karton (HS 48) dengan nilai $8,26 juta dollar Amerika (1,52 persen).

Sementara Impor menurut negara asal barang utama di Provinsi Kepri angka sementara selama bulan Oktober 2015 yang terbesar berasal dari Singapura, dengan nilai sebesar $241,83 juta dollar Amerika atau 37,57 persen dari keseluruhan impor Provinsi Kepri Oktober 2015.

“Namun impor dari negara Singapura pada Oktober 2015 mengalami penurunan sebesar 7,51 persen dibanding nilai impor bulan sebelumnya,” katanya.

Negara-negara pemasok barang impor ke Provinsi Kepri lainnya selama Oktober 2015, kata dia, yang mempunyai peran cukup besar adalah Jepang. Disusul dengan Tiongkok, Malaysia, Saudi Arabia, Jerman, Qatar, Amerika Serikat, Perancis dan Taiwan.